Skip to main content

Perpustakaan Kecil

Membuat sebuah perpustakaan dadakan, ya itulah kegiatan yang saya lakukan untuk mengisi waktu liburan ketika saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Saya sangat senang melakukan berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar rumah, mungkin hampir sebagian besar waktu yang saya miliki saya habiskan di luar rumah entah untuk les, bermain, tpa, bersepeda keliling komplek, atau berjalan-jalan.
Suatu waktu ketika liburan sekolah tiba, kebanyakan teman-teman kelas saya pergi menghabiskan liburan sekolah bersama dengan keluarganya tapi tidak bagi saya karena kedua orang tua saya harus pergi bekerja. Walaupun saya tidak bisa menghabiskan liburan dengan pergi jalan-jalan bersama keluarga, saya tidak kehabisan ide untuk mengisi waktu libur yang selalu saya nantikan.
Saya pergi ke depan rumah untuk melihat apakah ada teman-teman yang sedang bermain namun sayang saya tidak melihat satu orang pun dari mereka di sana. Suasana libur pun terasa sangat sepi. Saya mulai merasakan bosan karena saya menghabiskan waktu saya hanya dengan menonton televisi. Tanpa sengaja, saya melihat tumpukan komik-komik dan buku-buku cerita yang ada di rak. Saya mengeluarkan semua buku dan mulai menghitungnya ternyata jumlahnya lumayan (mengingat ayah saya cukup sering mengajak saya pergi ke toko buku dan saya selalu membeli komik ataupun buku cerita ketika pergi ke sana). Kemudian, terpikir sebuah ide untuk mendirikan sebuah perpustakaan kecil. Segera, saya pergi ke teras dan membersihkannya. Saya membawa meja dan Rak kecil ke teras dan mulai merapikan buku-buku di rak. Sambil menunggu, saya mendata buku-buku yang ada. Hari pertama saya membuka perpustakaan masih tidak ada seorang pun yang datang. Saya tidak kecewa dan saya masih berharap esok akan ada seseorang yang datang untuk meminjam buku. Keesokan harinya, saya membuka perpustakaan kecil saya itu. Saya duduk sambil terus berharap nanti akan Ada seseorang yang datang dan ya, teman-teman kakak saya pun datang untuk bermain kesempatan ini tentu tidak saya sia-siakan saya menawarkan mereka untuk menjadi anggota di perpustakaan kecil saya itu. Hasilnya... (dengan sedikit paksaan haha) mereka mau menjadi anggota, horeee! Dan salah satu dari mereka menawari saya buku-buku komiknya untuk perpustakaan kecil ini. Koleksi buku pun semakin bertambah. Saya memutuskan mereka untuk menjadi pengelola perpustakaan kecil ini. Kami mulai membuat nama untuk perpustakaan ini, dan akhirnya kami menamai perpustakaan kecil ini ”smile”. Haha entah kenapa kami memutuskan menggunakan nama ini -- ”smile”.
Perpustakaan kecil ini pun mulai berjalan, teman-teman kakak saya menjaga perpustakaan dan saya pergi berkeliling mempromosikan perpustakaan ini. Alhasil, anggota mulai bertambah. Kegiatan pinjam-meminjam buku pun berjalan. Setelah seminggu berlalu, uang hasil dari para anggota yang meminjam buku pun lumayan dapat saya belikan 2 buah komik baru untuk tambahan koleksi perpustakaan.
Perpustakaan kecil ini pun bisa terus berjalan. Namun, seiring waktu liburan sekolah yang telah usai kegiatan di perpustakaan kecil ini pun usai. Walaupun hanya sekitar 1 bulan saya memiliki sebuah perpustakaan, saya sangat senang karena saya bisa mewujudkan apa yang ingin saya lakukan dan semuanya berjalan dengan baik

Comments

Popular posts from this blog

Representation of White People in Two Maya Angelou's Novels 'I Know Why the Cage Bird Sings' and 'Gather Together in My Name'

Introduction   An autobiography is a book about the life of a person that written by that person (Wikipedia). I Know Why the Cage Bird Sings and Gather Together in My Name are the autobiographies of Maya Angelou. According to Microsoft Encarta (2009), Maya Angelou, is an American author, poet, performer, and civil rights activist, best known for portrayals of strong African American women in her writings. Characteristically using a first-person point of view and the rhythms of folk song, she writes of the African American woman’s coming of age, of struggles with discrimination, of the African and West Indian cultural heritage, and of the acceptance of the past. I Know Why the Cage Bird Sings is the first from six of her autobiographies. The title I Know Why the Caged Bird Sings is one of the stanzas from the Afro-American poet, Paul Laurence Dunbar. Maya used this title because the title symbolizes the black people. The Cage symbolizes the limitation and the Bird symbol...

Question, Lesson, Expectation, Thankfulness...

When I opened my eyes in the morning, I always thought about something. "Can I see the beautiful morning every day? Ah, who knows." That’s only a question and I didn’t really want an answer. I just wanted to send this cosmic question out into the void. I started the day with full of expectations, “What will happen today?” I wondered and expected that something good would happen. Because sometimes I wondered about my life, "I lead a small life. Well, valuable but small… I love my life." Formerly, I always regretted if I met someone that hurt me. I always wished that I never met such people like that. If I could turned back the time, I chose not to know them. But I was wrong, I ought to give my thank to them. I realized that they were taking the important part in my life. They have taught me being a tough woman and taught me being a better person than yesterday. I learned valuable lesson from my grandpa (RIP) and an elder woman. I met her in a hospital. ...

Bahasa adalah identitas diri, tapi kok..?!

Di era globalisasi membuat pengaruh bahasa-bahasa yang berasal dari luar daerah masyarakat setempat mudah masuk dan juga 'diadopsi' oleh masyarakat setempat dalam komunikasi sehari-hari untuk menambah nilai diri seseorang, contohnya saja bahasa Inggris. Oleh karena itu, hal inilah yang membuat semakin banyak orang-orang memulai mempelajari bahasa asing baik untuk tuntutan kerjaan, sekolah dll sehingga sekarang ini memungkinkan seseorang untuk menguasai lebih dari satu bahasa asing di luar bahasa ibunya. Namun di sisi lain, saat ini banyak sekali istilah asing yang digunakan sebagai tanda atau rambu di tempat umum, seperti sekolah, rumah sakit, mall, jalan raya dan lainnya. Para pembuat peraturan cenderung lebih memilih untuk menggunakan bahasa Inggris dibanding dengan bahasa Indonesia. Kalau pun ada bahasa Indonesianya itu hanyalah sebagai terjemahan dari tanda yang disampaikan dalam bahasa Inggris. Tapi sadarkah kalian kalau tanda yang dibuat itu untuk memberitahukan suatu inf...