Skip to main content

Tertambat Hati di Tanah Suci (Bagian 3)

Hari ketiga di Makkah Al Mukarramah.. Tak terasa sudah menginjak hari ketiga. Hari ini agenda kami adalah mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Makkah, yaitu Jabal Tsur, Jabal Rahmah, Arafah, Muzdalifah, Mina, Jabal Noor (Gua Hira), Kuburan Ma'la, dan terakhir Museum Haramain. Pada saat berziarah jangan lupa untuk membawa kamera karena pasti akan banyak tempat menarik yang bisa diabadikan. Jadi sebelum berangkat siapkan kamera dalam tas ya dan pastikan baterai dalam kondisi penuh terisi.
Setelah sarapan pagi, kami pun bersiap untuk pergi berziarah. Kami menggunakan bus yang telah disiapkan oleh pihak travel. Bus yang kami gunakan adalah Farok Jamil Khogeer. Bus di sini, menurut saya, cukup berbeda dengan bus yang ada di Indonesia. Dari segi ukuran, bus di Arab Saudi sepertinya berukuran lebih besar dari pada bus di Indonesia. Ketika saya masuk ke dalam bus, saya kaget karena mendengar sang supir sedang berbicara menggunakan bahasa Sunda. Postur tubuhnya yang menyerupai orang-orang Arab tidak menunjukkan bahwa beliau adalah orang Indonesia ternyata sang supir berasal dari Cianjur, Jawa Barat. Pantas saja beliau sangat fasih berbicara bahasa Sunda.
Destinasi pertama kita adalah Jabal Tsur. Jabal adalah bahasa Arab untuk gunung. Kondisi alam di sini memang berbeda dari Indonesia. Sepanjang perjalanan pemandangan yang dapat kita lihat adalah gunung bebatuan. Ketika sampai di Jabal Tsur, kami disajikan pemandangan yang berupa bebatuan ya memang di luar ekspektasi saya tapi seharusnya saya sudah bisa menebak tentang bagaimana tempat tersebut mengingat kondisi alam di sini yang dikelilingi oleh gunung batu. Walaupun di sini hanya ada pemandangan gunung batu namun tempat ini merupakan tempat bersejarah bagi umat Muslim. Yeah, it's still worth to be visited knowing such a historical place for Muslims. Di sini kami hanya diberi waktu 15 menit saja untuk melihat-lihat dan berfoto.
Lanjut ke destinasi berikutnya yaitu Jabal Rahmah. Jabal Rahmah terletak tidak begitu jauh sekitar 20-30 menit dari Jabal Tsur dengan menggunakan kendaraan. Di Makkah masih tidak begitu padat kendaraan jadi di sini bisa dikatakan bebas dari macet. Jabal Rahmah terletak di daerah Arafah. Menurut sejarah, Jabal Rahmah adalah tempat dipertemukannya Nabi Adam AS dengan Siti Hawa setelah Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi. Banyak orang-orang yang percaya kalau kita menuliskan nama di batu-batu yang ada di Jabal Rahmah kita akan mendapatkan jodoh atau menuliskan nama kita dengan pasangan kita akan langgeng selamanya nah tapi itu cuma mitos ya jadi gak usah percaya. Ketika akan turun dari bus, para Muthowwif terlebih dahulu memberitahu kami untuk tidak membeli spidol atau pun mencorat-coret dan mengotori Jabal Rahmah. Selain itu, para Muthowwif pun menyarankan agar tidak menerima tawaran dari tukang foto keliling karena harga cetaknya yang mahal juga nanti akan dipaksa untuk membeli seluruh foto. Akhirnya tiba di Jabal Rahmah, kami diberi waktu 30 menit untuk melihat-lihat. Memang tidak begitu lama karena kami masih memiliki destinasi lain untuk dikunjungi. Kondisinya di sini tidak jauh berbeda dengan Jabal Tsur. Di sini terdapat sebuah tugu, konon tugu itulah tempat bertemunya Nabi Adam AS dan Siti Hawa. Hari ini ada banyak turis yang mengunjungi tempat ini bisa dibilang hari ini cukup padat. Tugu yang saya maksud terletak di atas gunung sehingga kami harus menaiki anak tangga terlebih dahulu. Karena cukup padat jadi kami harus berdesakan saat menaiki anak tangga. Di sana kami bisa melihat banyak orang-orang yang sedang memanjatkan do'a. Untuk menghindari perbuatan syirik petugas yang ada di sana mengarahkan para peziarah untuk berdo'a menghadap ke Ka'bah bukan ke arah tugu. Di puncak dekat tugu terdapat sebuah billboard yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak datang ke tempat ini melainkan pada hari Arafah dan Nabi SAW tidak mengusap batu ataupun melaksanakan shalat di tempat ini. Hal ini mengindikasikan bahwa Nabi Muhammad SAW mengunjungi tempat ini sebagai salah rangkaian ibadah haji, yaitu pada saat bermalam di padang Arafah. Dari tulisan di billboard seolah-olah menegaskan untuk tidak mengagung-agungkan tempat tersebut. Saya masih bisa melihat banyak coretan di batu-batu sekitar tugu ya mungkin mereka percaya dengan mitos tersebut. Sebaiknya jangan percaya ya. Hehe
Jabal Rahmah ini merupakan salah satu tempat bersejarah namun sangat disayangkan para pengunjung tidak memperhatikan kebersihan di sekitaran Jabal Rahmah jadi kita bisa melihat banyak sampah yang berserakan.
Setelah selesai di Jabal Rahmah, kami pun meneruskan perjalanan menuju Mina dan Muzdalifah. Ya kedua tempat tersebut terdapat di Arafah, letaknya sangat dekat dari Jabal Rahmah. Di sini kami bisa melihat camp bagi para jama'ah haji dan di sini kita bisa menemukan stasiun kereta api. Stasiun kereta di sini terlihat lebih modern. Ada banyak sekali tenda-tenda yang disediakan oleh pemerintah Arab Saudi kali ini pemandangan yang kita bisa lihat adalah berupa tenda-tenda berwarna putih. Di samping camp bagi jama'ah haji terdapat sebuah gunung yang di atasnya terdapat bangunan seperti istana. Yap, menurut penjelasan dari muthowwif itu adalah istana Raja Arab Saudi. Baru kali ini saya bisa melihat istana raja secara langsung, benar-benar megah. Selama di Mina dan Muzdalifah kami tidak turun dari bus karena memang tidak memungkinkan untuk turun dari bus. Dari sini kami meneruskan perjalanan menuju tempat selanjutnya. Kami melewati Jabal Noor, tempat gua Hira berada dan pemakaman Ma'la. Karena waktu yang terbatas kami hanya sekedar melewati kedua tempat tersebut. Oiya, ada lagi yang berbeda yaitu tempat pemakaman. Di sini makamnya cenderung sederhana hanya diberi tanda oleh sebongkah batu yang berukuran tidak terlalu besar sebagai tanda dan semuanya rata dengan tanah cukup berbeda dengan di Indonesia yang terlihat mewah, dibangun menggunakan keramik bahkan sampai ada yang dibangun seperti rumah komplit dengan pagarnya. Lain ladang, lain belalang. Setiap tempat memiliki budaya dan aturan masing-masing. Lanjut lagi, kita hampir tiba ditujuan terakhir ziarah hari ini yaitu Museum Haramain. Sebelum sampai ke Museum kita melewati beberapa tempat yang menarik di Makkah. Salah satunya Gedung Liga Muslim Sedunia, eits ini bukan tempat untuk bermain sepak bola ya tapi ini adalah gedung dimana para penghafal Al-Qur'an berkumpul dan di sini tempat untuk menyeleksi para imam besar di Masjidil Haram. Keren kan tempatnya?! Sayang tempat ini tidak boleh untuk umum jadi kami hanya lewat saja. Tak jauh dari gedung Liga Muslim Sedunia tadi, di sini mulai ada pemukiman penduduk tapi tidak begitu banyak mungkin hanya satu komplek saja dan pertokoan terletak lumayan jauh dari pemukiman penduduk tadi.
Beberapa ratus meter dari Museum, ada sebuah bangunan kecil yang menurut cerita muthowwif  itu adalah bangunan yang angker. Nah baru kali ini saya mendengar cerita angker dari tanah Arab. Menurut cerita warga setempat, bangunan itu tidak bisa dirobohkan entah kenapa selalu saja ada yang menghalangi jika ada yang mau merobohkan bangunan tersebut sebab bangunan tersebut adalah rumah para jin sehingga orang-orang selalu gagal menghancurkannya. Hehe seram juga ya. Yah kita lupakan dulu cerita seramnya, sekarang kita menuju destinasi akhir kita yaitu Museum Haramain. Museum Haramain adalah museum dua mesjid suci yaitu Masjidil Haram dan Mesjid Nabawi. Di sini terdapat berbagai struktur pendukung bangunan yang dulu dipakai oleh Masjidil Haram dan Mesjid Nabawi seperti pintu Ka'bah, Maqam Ibrahim, sumur zam-zam, dan lainnya. Di sini juga kita bisa melihat cara membuat kiswah dan juga miniature Masjidil Haram pada tahun 2025 mendatang dan Mesjid Nabawi. Saya sangat menyukai tempat ini karena kita bisa melihat bagaimana perkembangan Masjidil Haram dan Mesjid Nabawi. Setelah selesai mengunjungi museum, kita akan diberikan Al-Qur'an sebagai cenderamatanya. Alhamdulillah saya dapat 2 buah Al-Qur'an hehe..
Ziarah ke tempat-tempat bersejarah hari ini telah selesai, walaupun sudah berkeliling ke beberapa tempat kami masih ada waktu untuk melaksanakan shalat dzuhur di mesjid. Alhamdulillah jadi masih bisa memaksimalkan untuk beribadah di Masjidil Haram..
Dari perjalanan tadi saya perhatikan, di sini tidak begitu ramai dengan gedung-gedung bertingkat seperti Mall, pertokoan atau Apartment. Walaupun ada semuanya dilokasikan di wilayah tertentu namun saya tidak melihat begitu banyak para pejalan kaki yang berlalulalang di sekitaran jalan, di Taman bermain pun saya tidak melihat ada anak-anak yang sedang bermain di sana. Ya, itu hanya sekilas hasil pengamatan saya selama di perjalanan. Menarik dan menambah pengetahuan baru tentang budaya setempat.
Besok sudah hari terakhir di Makkah, waktu memang cepat sekali berlalu...

(bersambung...)

Comments

Popular posts from this blog

Representation of White People in Two Maya Angelou's Novels 'I Know Why the Cage Bird Sings' and 'Gather Together in My Name'

Introduction   An autobiography is a book about the life of a person that written by that person (Wikipedia). I Know Why the Cage Bird Sings and Gather Together in My Name are the autobiographies of Maya Angelou. According to Microsoft Encarta (2009), Maya Angelou, is an American author, poet, performer, and civil rights activist, best known for portrayals of strong African American women in her writings. Characteristically using a first-person point of view and the rhythms of folk song, she writes of the African American woman’s coming of age, of struggles with discrimination, of the African and West Indian cultural heritage, and of the acceptance of the past. I Know Why the Cage Bird Sings is the first from six of her autobiographies. The title I Know Why the Caged Bird Sings is one of the stanzas from the Afro-American poet, Paul Laurence Dunbar. Maya used this title because the title symbolizes the black people. The Cage symbolizes the limitation and the Bird symbolizes

Called This as My First Experience

How does it feel when you do a job that you really like? It's fun, right?! Yeah, that's what I feel right now. Recently, I got a new job it has been a couple months. Still, teaching as an English teacher but the students that I was taught were difference. My students this time were Chinese. Yeah, for the first time when I started to teach them I was so nervous because we had a different culture. I had to adapt with them, yeah I  used my first week to make some approaches with them. Digging up what they liked, finding out the materials that they needed etc. Because that was my probation week. Hehe. You know that teaching kids we have to keep their good moods in order they can keep following our lesson. If we destroy their good moods, we will face some obstacles and we have to make their moods come back soon. Well, being a teacher is not easy, we have to make our students understand what we have been already taught and, for the bonus, they can earn the perfect score. This is my